
JAKARTA - Provinsi Lampung kembali menunjukkan perannya dalam transisi energi bersih nasional. Hal itu ditandai dengan pembangunan Green Hydrogen Pilot Project Ulubelu di Tanggamus yang resmi dimulai oleh PT Pertamina Geothermal Energy (PGE). Proyek ini digadang-gadang akan menghasilkan energi hingga 300 megawatt (MW) dan menjadi salah satu tonggak penting pengembangan hidrogen hijau di Indonesia.
Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy, Julfi Hadi, menegaskan bahwa pembangunan pilot project ini bukan sekadar langkah teknis, melainkan strategi jangka panjang. “Pilot project ini diharapkan bisa mempercepat ekosistem green hydrogen. Untuk Pertamina sendiri mudah-mudahan lebih cepat dari tahun 2029 bisa mengembangkan 300 MW green hydrogen,” katanya di Ulubelu Tanggamus, Lampung.
Menurut Julfi, Indonesia memiliki potensi panas bumi yang sangat besar. Hal itu menjadi alasan mengapa pengembangan ekosistem hidrogen hijau perlu dipacu. Dengan dukungan pemerintah, ia berharap Indonesia bisa menembus pasar global pada 2030 hingga 2033 dan masuk ke segmen penting green hydrogen dunia.
Baca Juga
Peluang bisnis offgrid
Lebih lanjut, Julfi menyoroti peluang baru yang tercipta melalui proyek ini. Menurutnya, pengembangan green hydrogen membuka kemungkinan bisnis offgrid yang tidak bergantung pada jaringan PLN. Model bisnis itu memungkinkan PGE masuk ke sektor business-to-business (B2B), mempercepat konversi green hydrogen menjadi produk turunan seperti amonia atau metanol. Produk-produk tersebut tidak hanya relevan untuk kebutuhan domestik, tetapi juga memiliki prospek kuat di pasar ekspor.
“Dengan pola ini, kita tidak hanya bicara penyediaan listrik, tetapi juga masuk ke industri kimia bersih yang lebih luas. Pasar amonia dan metanol hijau dunia terus tumbuh, dan Indonesia bisa mengambil peran,” jelas Julfi.
Integrasi teknologi pertama di dunia
Proyek Ulubelu memiliki keunikan tersendiri. PT Pertamina Geothermal Energy secara resmi menyatakan bahwa ini adalah pilot project pertama di dunia yang mengintegrasikan anion exchange membrane water electrolyzer dengan energi panas bumi sebagai sumber listrik bersih. Kombinasi tersebut memungkinkan produksi hidrogen hijau yang benar-benar bebas emisi, sekaligus memanfaatkan potensi alam Indonesia yang berlimpah.
Dengan teknologi ini, Ulubelu bukan sekadar proyek percontohan, melainkan laboratorium nyata untuk menguji dan mengembangkan model energi hijau masa depan. Bila sukses, teknologi serupa bisa direplikasi di wilayah panas bumi lain di Tanah Air.
Lampung sebagai tulang punggung energi
Dukungan pemerintah daerah juga mengalir. Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal, menegaskan bahwa kehadiran Green Hydrogen Pilot Project semakin memperkuat posisi Lampung sebagai salah satu tulang punggung energi nasional. Menurutnya, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulubelu telah lama memberi kontribusi signifikan terhadap kebutuhan energi provinsi ini.
“PLTP Ulubelu sendiri menjadi salah satu tulang punggung energi Lampung, dengan kontribusi sekitar 25 persen kebutuhan listrik provinsi ini,” ujarnya.
Rahmat menambahkan, kontribusi itu tidak hanya menjawab kebutuhan energi semata, tetapi juga mendukung komitmen Lampung dan Indonesia dalam mengurangi emisi karbon. “Selain menjawab kebutuhan energi, kontribusi ini juga mendukung langkah kita dalam menurunkan emisi karbon serta mewujudkan Lampung dan Indonesia yang lebih ramah lingkungan,” lanjutnya.
Dorongan percepatan transisi energi
Kehadiran proyek Ulubelu menegaskan bahwa transisi energi bersih membutuhkan terobosan yang konkret. Hidrogen hijau dipandang sebagai salah satu bahan bakar masa depan yang mampu mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Dengan kapasitas 300 MW yang ditargetkan, Indonesia berpotensi memperkuat posisinya dalam rantai pasok global energi hijau.
Selain itu, proyek ini juga selaras dengan strategi pemerintah dalam mendorong dekarbonisasi sektor energi. Pemanfaatan potensi panas bumi yang ramah lingkungan diharapkan bisa mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan.
Momentum penting bagi Indonesia
Pengembangan hidrogen hijau di Ulubelu bukan hanya soal energi, melainkan juga tentang posisi Indonesia di peta global. Dengan cadangan panas bumi terbesar kedua di dunia, Indonesia memiliki modal kuat untuk mengembangkan energi bersih yang kompetitif. Jika berhasil mengeksekusi proyek ini, Indonesia tidak hanya memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga menjadi pemain penting dalam ekspor energi hijau.
Pilot project Ulubelu dapat dipandang sebagai pintu masuk menuju transformasi yang lebih luas. Mulai dari pemanfaatan teknologi canggih, penciptaan lapangan kerja baru, hingga membuka peluang industri hilir berbasis energi hijau.
Harapan ke depan
Dengan potensi besar dan dukungan dari berbagai pihak, pembangunan Green Hydrogen Pilot Project Ulubelu menjadi momentum penting. Pertamina Geothermal Energy berharap, keberhasilan proyek ini akan menjadi katalis bagi percepatan pengembangan hidrogen hijau di seluruh Indonesia.
“Harapan kami, Indonesia bisa lebih cepat dari target 2029 dalam mengembangkan green hydrogen hingga 300 MW,” tegas Julfi Hadi.
Sementara itu, Gubernur Lampung menekankan bahwa Lampung siap menjadi bagian penting dari gerakan energi bersih nasional. Keberadaan PLTP Ulubelu dan proyek hidrogen hijau diyakini dapat membawa Lampung menjadi daerah percontohan dalam mengintegrasikan energi ramah lingkungan.
Dengan landasan tersebut, Lampung kini tidak hanya dikenal sebagai lumbung pangan, tetapi juga berpotensi menjadi pusat energi hijau yang menopang masa depan Indonesia.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Info Jadwal Pemeliharaan Tol Cipularang Padaleunyi oleh Jasa Marga
- Rabu, 10 September 2025
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Update Harga Emas Antam, UBS, Galeri24 10 September 2025
- 10 September 2025
2.
Access by KAI Jadi Pilihan Utama Pembelian Tiket Kereta
- 10 September 2025
3.
Daftar Harga Mobil Listrik di Indonesia September 2025
- 10 September 2025
4.
Simak Langkah Praktis Mencairkan Bansos PKH 2025
- 10 September 2025
5.
BMKG Rilis Prakiraan Cuaca Ekstrem 9 hingga 15 September 2025
- 10 September 2025